HIJRIAH VS MASEHI
Kalender
hijriah merupakan kalender islam, Kalender ini dinamakan
Kalender Hijriah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana
terjadi peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M (http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah). Di beberapa negara yang
berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem pertanggalan sehari-hari. Kalender Islam meng- gunakan peredaran
bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang
menggunakan peredaran matahari. Akan tetapi dapat kita lihat penduduk Indonesia
yang mayoritasnya umat islam justru tidak menggunakannya sebagai
pertanggalannya. Jika membahas masehi vs hijriah maka yang terlintas dalam
fikiran kita adalah mengenai tahun barunya.
Fenomena masa
kini yang ada di Indonesia ini, yang menggambarkan meriahnya perayaan tahun
baru masehi dari pada tahun baru islam, membuat timbul pertanyaan “kenapa
seperti itu?”. Memang benar bahwa di Indonesia ini tidak hanya ada penduduk yang
memeluk agama islam saja akan tetapi berbagai macam agama juga ada di Indonesia
sebagaimana menjadi agama yang telah diakui oleh Negara. Mungkin hal ini yang
merupakan salah satu alasan kenapa Indonesia tidak menggunakan kalender hijriah
sebagai pertanggalannya. Akan tetapi betapa mirisnya kita lihat tidak hanya
kaum non islam saja yang merayakan tahun baru masehi yang mana menurut
kepercayaan mereka merupakan puncak dari acara natal (hari raya umat kristiani) “Umat Kristen menggunakan Kalender yang dinamakan Kalender Masehi.
Mereka menggunakan penghitungan tahun dan bulan Kalender Julian, namun menetapkan
tahun kelahiran Yesus atau Isa sebagai tahun permulaan (tahun 1 Masehi),
walaupun sejarah menempatkan kelahiran Yesus pada waktu antara tahun 6 dan 4
SM.(http://griyawisata.com)”. Pada tahun
1582 M Paus Gregorius XIII juga mengubah Perayaan Tahun Baru Umat Kristen dari
tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari. Hingga kini, semua orang di seluruh dunia
merayakan Tahun Baru mereka pada tanggal 1 Januari. Akan tetapi
justru banyak juga umat islam yang
merayakan tahun baru masehi itu sendiri.
Lalu apakah
alasan kaum islam yang merayakan tahun baru masehi itu sendiri?, ada yang
mengatakan sebagi rasa syukur, ada juga yang mengatakan hanya untuk hura-hura
saja, dan ada pula yang mengatakan hanya ikut-ikutan saja. Apakah itu bisa
dikatakan suatu alasan?, bukankah dalam Al-Qur’an ALLAH telah melarang hambanya
melakukan apa yang tidak diketahuinya sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat
Al-Isra’ : 36 yang artinya “Dan janganlah kamu mengikuti apa yg kamu tidak mengetahui
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan
diminta pertangggung- jawabannya”. Dan ada pula hadits yang berbunyi, artinya: Ibnu Taimiyah berkata bahwa
Abu Dawud telah meriwayatkan sebuah hadits hasan dari Ibnu ‘Umar, ia berkata
bahwa Rasulullah bersabda :“Barang siapa
meniru suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.”
Tanya hati
nurani kita masing-masing, apakah pantas saya melakukan itu?, apa alasan saya
hingga saya mengikutinya?. Hati tidak pernah berbohong maka ia akan menjawab
dengan jujur.
Mungkin umat islam masa kini terutama di
Indonesia tidak banyak yang merayakan tahun baru hijriah dikarenakan banyak
yang tidak tahu bagaimana kisah tahun baru hijriah itu sendiri. Adapun tahun baru hijriah adalah pada bulan
muharram. Kata muharram berasal dari kata “harrama” yang mengalami perubahan bentuk menjadi “yuharrimu-tahriiman-muharraman-muharrimun“.
Bentukan “muharraman” berarti yang diharamkan. Apa yang diharamkan di sini?,
yakni :perang atau pertumpahan darah!. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an Surat At Taubah ayat 36 :“Sesungguhnya
jumlah bulan menurut Allah sebagaimana disebut di Kitabullah ada 12 bulan sejak
Allah menciptakan langit dan bumi, dan terdapat 4 bulan di dalamnya merupakan
bulan yang diharamkan”. Membicarakan bulan Muharram pasti tidak
akan lepas dari peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah,
yakni pada tahun 622 M. Hijrah itu sekaligus menjadi tonggak awal dimulainya
kalender Islam. Ini artinya hijrah Rasulullah SAW beserta para sahabatnya ke
Madinah telah berumur 1433 tahun. Sebuah peristiwa bersejarah yang patut
dikenang dan bisa menjadi proses transformasi spiritual. Di dalamnya terkandung makna dan keteladanan untuk sebuah
pengorbanan sejati yang mengapresiasikan perlawanan akan kebathilan sekaligus
sikap konsisten mengedepankan kepentingan misi dari kepentingan apa pun, agar
ia tetap lestari dan terjaga dari kepunahan meski karenanya harus berdarah-darah,
meninggalkan negeri, harta, sanak dan lain-lain.
Sedangkan
tahun baru masehi yakni pada bulan
januari. Januari me- rupakan nama bulan yang diambil dari nama dewa romawi
yakni Janus. Ada dua alasan mengapa tahun baru masehi ditetapkan pada bulan januari
yakni, “Januarius
(Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena dua alasan. Pertama, diambil
dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua ini, satu muka menghadap
ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga
gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru. Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncak
musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan consul diadakan, karena semua
aktivitas umumnya libur dan semua Senat dapat berkumpul untuk memilih Konsul.
Di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut
musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejak saat itu Tahun Baru
orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari. Tahun Baru
1 Januari pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.( http://griyawisata.com).
Bagi kaum muslimin yang hendak merayakan tahun baru hijriah hendaknya
dilakukan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang islami atau kegiatan
yang lebih bermanfaat. Jangan pula merayakannya ala umat masa kini yakni
menyalakan kembang api dan meniup trompet serta pesta-pesta lainnya yang tidak
bermnfaat.
Irma Yanti, Fakultas : Pertanian, Jurusan : Agribisnis Universitas Andalas